JAWA KILAT
Mode Gelap
Artikel teks besar

Kenapa Sritex Bangkrut? Ini Alasan yang Membuat Raksasa Tekstil Tutup Permanen Hingga PHK Ribuan Karyawan

Sritex bangkrut
Sritex bangkrut
(Sumber: istimewa) 

Jawaupdate.com - PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia, telah mengumumkan penutupan permanen operasionalnya pada 1 Maret 2025. 

“Setelah dilakukan perundingan, sudah menemui titik temu. Intinya PHK, setelah diputuskan tanggal 26 Februari PHK. Namun, untuk bekerja sampai tanggal 2, sehingga off tanggal 1 Maret. Puasa awal sudah berhenti total (PT Sritex) ini jadi kewenangan kurator,” kata Sumarno, dikutip dari Detik.

Keputusan ini diambil setelah perusahaan mengalami krisis keuangan yang berkepanjangan dan gagal bayar utang yang mencapai Rp12,9 triliun.

Menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Sukoharjo, Sumarno, ribuan karyawan Sritex telah mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) sejak 26 Februari 2025. Hari terakhir bekerja bagi karyawan Sritex adalah 28 Februari 2025.

Krisis keuangan yang dialami Sritex telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir. Perusahaan telah mencoba berbagai upaya untuk mempertahankan operasionalnya, seperti melakukan efisiensi produksi dan penggalangan dana dari pemegang saham.

Namun, upaya-upaya tersebut tidak cukup untuk menyelamatkan Sritex dari kebangkrutan.

Pada Mei 2021, Pengadilan Niaga Semarang menetapkan Sritex dalam status Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dengan total tagihan mencapai Rp12,9 triliun.

 Kemudian, pada 2022, kreditur menyetujui rencana perdamaian yang diajukan Sritex.

 Namun, perusahaan gagal dalam memenuhi kesepakatan pada perjanjian tersebut dalam kurun waktu dua tahun, sehingga permohonan pembatalan homologasi diajukan dan berujung pada putusan pailit.

Dalam laporan keuangan per 30 September 2024, Sritex mencatat total aset sebesar USD 594 juta, terdiri dari aset lancar dan tidak lancar.

Namun, tekanan keuangan yang besar akibat utang dan kerugian operasional menyebabkan defisit perusahaan mencapai USD 1,22 miliar.

Kerugian bersih yang dialami selama 9 bulan pertama tahun 2024 mencapai 66 juta, hal ini dapat menambah beban keuangan yang semakin berat.

Dengan kondisi keuangan yang terus mengalami kerugian dan utang yang tak bisa ditanggung, PT Sritex harus mengakhiri operasionalnya setelah lebih dari setengah abad beroperasi di industri tekstil. Keputusan ini berdampak pada 10.665 karyawan yang terkena PHK.

Posting Komentar