JAWA KILAT
Mode Gelap
Artikel teks besar

Viral Siswa Disuruh Duduk di Lantai karena Menunggak SPP, Tangis Orang Tua Pecah hingga Dapat Bantuan dari Gerindra

 

Siswa dihukum duduk di lantai
Siswa dihukum duduk di lantai
(Sumber: Istimewa) 

Jawaupdate.com - Baru-baru ini masyarakat dihebohkan dengan kemunculan video seorang siswa SD yang disuruh duduk di lantai tanpa beralaskan apapun lantaran telat bayar SPP.

Kamelia ibu kandung siswa yang diketahui bernama Mahesya tersebut mengaku sedih lantaran anaknya disuruh duduk di lantai sejak tanggal 6 Januari 2025.

“Saya sempat nangis, 'Ya Allah, kok begini sekali.' Saya lihat anak saya duduk di lantai, nggak boleh belajar,” ungkapnya dengan suara bergetar, Jumat (10/1).

Diketahui Kamelia berprofesi sebagai seorang relawan sementara suaminya menjadi kuli bangunan dan sedang merantau. 

Untuk memenuhi kebutuhan pendidikan, dirinya mengandalkan KIP. Namun, pada saat itu belum ada proses pencairan.

“Selama ini uang sekolah anak saya dibayar dari dana BOS dan KIP. Kalau KIP cair, Rp 450 ribu itu saya habiskan untuk biaya sekolah, nggak pernah saya ambil buat yang lain,” ujar Kamelia.

Sebelum itu, Mahesya sempat mengadu kalau dihukum lantaran tidak membayar SPP. Tagihan SPP tersebut sudah nunggak selama 3 bulan.

Mengetahui putranya dijadikan pajangan di hadapan teman-temannya, Kamelia sempat berdebat dengan wali kelas yang memberikan hukuman. 

"Kemudian wali kelasnya datang dan bilang 'kan sudah saya bilang, peraturan yang belum bayar dan lunas tidak dibenarkan ikut sekolah'," ungkap Kamelia menirukan ucapan guru yang menghukum anaknya.

H mengaku bahwa sempat menyuruh Mahesya untuk pulang lantaran belum melakukan pembayaran SPP.

Sebelumnya, pada ujian semester Kamila meminta keringanan kepada pihak sekolah untuk mengizinkan putranya sekolahm

Hal tersebut diizinkan namun raport ditahan sementara waktu. Pada tanggal 6 Januari hari pertama sekolah Mahesya dihukum duduk dilantai.

Tanggal 7 Januari muncul pengumuman untuk segera melakukan pelunasan SPP bagi siswa yang belum melakukan pembayaran.

"Ibu-ibu mohon kerjasamanya yang belum menerima raport ataupun belum lunas SPP dan membayar uang buku mohon datang ke sekolah karena tidak dibenarkan anaknya mengikuti pelajaran kalau itu belum selesai," ungkap Kamelia menirukan.

Tanggal 8 Januari Mahesya tetap berangkat sekolah dengan sang ibu. Namun, ibunya berangkat menyusul lantaran mengadaikan hp untuk melunasi SPP.

Kamelia bakal melakukan tindakan berupa memindahkan anaknya dari sekolah tersebut lantaran bisa menimbulkan rasa trauma.

"Kalau dia masih di sana, anak saya pasti trauma dan proses belajarnya terganggu,” ujarnya.

Di samping itu, perwakilan partai Gerinda telah mengulurkan bantuan terhadap Mahesya dan permasalahan ini telah diselesaikan secara kekeluargaan. 

Juli Sari, Kepala Sekolah Yayasan Abdi Sukma, mengatakan tak ada instruksi mengenai saksi duduk dilantai jika telat sekolah.

“Wali kelas membuat peraturan sendiri tanpa konfirmasi. Kami sudah meminta maaf kepada orang tua siswa,” jelas Juli.

Sementara itu H yang merupakan wali kelas Mahesya telah mendapatkan saksi berupa skorsing dari mengajar.

Posting Komentar