28 Kabupaten di Jatim Alami Kekeringan, Ini Langkah yang Diambil BPBD
Ilustrasi tanah kemarau |
JawaUpdate.com - BPBD Jatim mencatat bahwa sepanjang bulan September ini terdapat sekitar 905 desa yang tersebar di 28 Kabupaten Kota Jatim mengalami kekeringan akibat kemarau.
Tercatat, 655.277 KK mengalami dampak dari kekeringan tersebut. Kepala BPBD Jatim yakni Gatot Soebroto mengungkapkan bahwa dampak paling banyak dirasakan di Sampang, Gresik, Trenggalek, Banyuwangi, Pacitan dan lain sebagainya.
Pihaknya kini telah melakukan dropping air di beberapa wilayah terdampak.
"Dari BPBD Jatim telah melakukan dropping air bersih sebanyak 1.232 rit dari anggaran APBD. Kami juga melakukan dropping air bersih sebanyak 2.966 rit dari dana BTT," ujarnya dilansir dari radar Surabaya Selasa (17/9).
Sekitar 6 kota atau kabupaten di Jatim sudah kehabisan anggaran dana untuk mengatasi dampak kekeringan tersebut.
Enam kota tersebut meliputi Pasuruan, Mojokerto,Lumajang, Pacitan, Jember, dan Blitar. Kendati demikian, Gatot berharap masyarakat melaporkan jika terdapat serah terdampak kekeringan.
Akibat kemarau tersebut, pertanian juga turut merasakan kekeringan. Bahkan sebagian petani menyatakan gagal panen.
Kendati demikian, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Sumber Daya Air (SDA) Baju Trihaksoro menyebutkan bahwa stok hasil pertanian berupa beras masih melampaui batas.
“Tapi diharapkan untuk membantu provinsi lain dengan program pompanisasi. Saat ini sudah ada sekitar 6000 pompanisasi. Namun rata-rata masih kewenangan pusat. Yakni di Sungai Brantas dan Bengawan Solo,” katanya kepada Radar Surabaya.
Bahkan menurutnya, saat ini Jatim masih menjadi lumbung padi dan cukup untuk beberapa waktu ke depan.
“Pastinya bukan hanya menjadi tugas petani. Namun juga peran seluruh petugas irigasi yang menjaga kelancaran pengairan lahan pertanian. Tujuannya agar kedaulatan pangan bisa terjaga,” jelasnya.